Abah Cipulus, KH Adang Badruddin berpulang ke Rahmatullah 1 jam lalu! Ulama NU yang wafat tahun 2020 menjadi 22 orang
...انا لله وانا اليه راجعون
اللهم اجرنا في مصيبتنا واخلف لنا خيرا منها....
Pangersa abah kh Adang badruddin (abah cipulus) ngantunkeun dina dinten ayeuna tabuh 10...Doa keun ku sadayana mugia aya dina ridlo alloh oge aya dina rohmat alloh age pupus na migua khusnul khotimah.....Ttd. H. Hasbillah Hadami bin KH. Adang Badruddin
Beredar sebuah gambar tangkap layar (screenshot) diunggah akun facebook Ummah Habibi M Ghiyast, bagaimana kondisi Abah Cipulus terbaring di ruang perawatan. Namun tidak dijelaskan kapan gambar tersebut diambil dan bagaimana kondisi Abah Cipulus saat itu.
Abah Cipulus saat di Rumah Sakit. |
Ummah hanya menyatakan dirinya merasa khawatir, sedang berada di Rumah Sakit langsung wafat jam 10.00 (WIB). Amin Ya Robbal 'Alamiin.
"Ya Allah ninggl na Meni khawatos nju di Rumah Sakit teras ngantukn tabuh 10.00 😭😭😭😭. Aamiin ya robbal'alamiin🤲🤲🤲. Al - Fatihah"
Video suasana di PP. Al-Hikamussalafiyah, Cipulus, Wanayasa, Purwakarta pagi tadi.
Banyak tokoh yang hadir bertakziah, diantaranya adalah Anggota DPR RI dari Partai PKB, Haji Syaiful Huda.
Kemudian tampak hadir pula Sayyid Seif Alwi Ba'alawy dari Ahbaburrosul.
Jenazah Almarhum KH. Adang Badruddin dibawa ke lokasi pemakaman di area kompleks Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyah, Cipulus, Wanayasa, Purwakarta.
Jenazah diiring oleh para santri dan jama'ah, seraya dibacakan shalawat yang semasa hidup kerap dibacakan oleh Abah Cipulus (KH. Adang Badruddin) bersama para santri.
Kemudian saat detik-detik dimakamkan, para santri secara berjama'ah membacakan 'talaran aqo'id', yaitu hafalan dasar ilmu tauhid yang sangat ditekankan Abah Cipulus (KH Adang Badruddin) saat mengasuh santri.
Selain Abah Cipulus, berikut adalah Ulama NU yang wafat tahun 2020 :
Dilansir dari laduni.id Pesantren Cipulus pertama kali berdiri pada tahun 1840, didirikan oleh K.H Muhammad/ Ahmad Bin Kyai Nurkoyyim yang akrab dengan panggilan Ajengan Emed. Beliau adalah santri kesayangan Syeikh Maulana Yusuf Purwakarta yakni ulama dan pahlawan besar di Jawa Barat pada awal abad ke 19.
Ajengan Emed adalah santri yang rajin, memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi, sehingga Beliau dapat dengan mudah menyerap ilmu-ilmu yang diberikan oleh gurunya, baik ilmu agama maupun ilmu strategi perang dan ilmu-ilmu lainnya yang dibutuhkan dimasa itu.
Dengan bekal ilmu yang Beliau miliki pada tahun 1840 didirikanlah sebuah pesantren yang sederhana di wilayah bekas ibu kota Karawang, di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta sekarang. Pesantren tersebut di pimpin oleh Ajengan Emed hingga akhir hayatnya.
Berikut adalah daftar pimpinan pesanstren Cipulus:
Jenazah diiring oleh para santri dan jama'ah, seraya dibacakan shalawat yang semasa hidup kerap dibacakan oleh Abah Cipulus (KH. Adang Badruddin) bersama para santri.
Kemudian saat detik-detik dimakamkan, para santri secara berjama'ah membacakan 'talaran aqo'id', yaitu hafalan dasar ilmu tauhid yang sangat ditekankan Abah Cipulus (KH Adang Badruddin) saat mengasuh santri.
Selain Abah Cipulus, berikut adalah Ulama NU yang wafat tahun 2020 :
- KH Sholahuddin Wahid/Gus Sholah. 2 Feb 2020 di Jakarta.
- KH Ahmad Bagja. 6 Feb 2020 di Jakarta.
- KH Ahmad Habibulloh Zaini. 10 Feb 2020. Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, wafat di Surabaya
- KH Ghozalie Masroeri. Ketua LFPBNU. 19 Feb 2020 di Bintaro.
- Kyai Ayip Abbas. 7 Maret 2020 di Cirebon.
- HM. Basori Alwi. Pengasuh PIQ Singosari Malang. Senin, 23 Maret 2020.
- KH Masyhudi Muhtar (a’awan Syuriyah PWNU Jatim) wafat Juni 2020.
- Kiai Sahlan M. Noor Pengasuh Pondok Pesantren Mubtaghal Mujtahidin Sedan, Rembang. Juni 2020.
- Gus H Wahid Mahfudz , Wakil Sekretaris PW NU Jatim. Beliau wafat pada (27 Juni 2020).
- KH Farihin Muhsan (Wakil Rais Syuriyah PWNU Jatim) asal Singosari Malang. Yang meninggal pada (29 Juni 2020).
- KH Ahmad Zaki Hadziq / Gus Zaki / Cucu Mbah Hasyim. 1 Juli 2020 di Tebuireng.
- KH Abdul Wahid Ghozali (Gus Wahid Arema). 4 Juli 2020. Pondok Pesantren As Salam Singosari. Wafat di Malang.
- KH. Sohibul Kahfi, PP Miftahul Huda, Gading Malang, wafat tanggal 14 Juli 2020
- KH. Majid Kamil Bin KH. Maimoen Zubair. 13 Juli 2020. Sarang.
- KH Mundzir Tamam bin KH Maisin. 25 Juli 2020. Jakarta.
- KH Chaizul Ma'ali. Pondok Pesantren Misykatul Anwar Sedan, Rembang. 26 Juli 2020.
- KH. Mohammad Ma'mun Chotib. 29 Juli 2020 di Jakarta.
- Mama KH. Showi Dimyati. 31 Juli 2020. Bakom, Bojokerta Kec Bogor Selatan.
- KH. Ade Syamsudin Pengasuh PP. Al-Hikmah Tamanjaya Gununghalu, Pengurus Jam'iyah Ahlitthoriqoh Al-Mu'tabaroh Annahdliyah (JATMAN) Idaroh Syu'biyah Bandung Barat. Juli 2020
- KH Hasyim Wahid / Adik Gus Dur. 1 Ags 2020 di Jakarta.
- KH. Subhan Syibromulis Kholili (Yai Sib). Pengasuh PP Darul Mukhlisin Bangkalan Madura. Ahad, 02 Agustus 2020 M / 12 Dzulhijjah 1441 H.
- Abah Cipulus (KH. Adang Badruddin). Pengasuh PP Al Hikamussalafiyah, Cipulus, Wanayasa, Purwakarta. Pagi ini (Senin, 3 Agustus 2020)
Sejarah Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyah, Cipulus
Logo Pondok Pesantren Cipulus |
Dilansir dari laduni.id Pesantren Cipulus pertama kali berdiri pada tahun 1840, didirikan oleh K.H Muhammad/ Ahmad Bin Kyai Nurkoyyim yang akrab dengan panggilan Ajengan Emed. Beliau adalah santri kesayangan Syeikh Maulana Yusuf Purwakarta yakni ulama dan pahlawan besar di Jawa Barat pada awal abad ke 19.
Ajengan Emed adalah santri yang rajin, memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi, sehingga Beliau dapat dengan mudah menyerap ilmu-ilmu yang diberikan oleh gurunya, baik ilmu agama maupun ilmu strategi perang dan ilmu-ilmu lainnya yang dibutuhkan dimasa itu.
Dengan bekal ilmu yang Beliau miliki pada tahun 1840 didirikanlah sebuah pesantren yang sederhana di wilayah bekas ibu kota Karawang, di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta sekarang. Pesantren tersebut di pimpin oleh Ajengan Emed hingga akhir hayatnya.
Berikut adalah daftar pimpinan pesanstren Cipulus:
- K.H Muhammad/Ahmad Bin Kyai Nurkoyyim/Ajengan Emed (1840-1870)
- K.H Nashir (1870-1900)
- K.H. M. Arief (1900-1920)
- Kyai Syu’eib (1920-1937)
- K.H. Masduki (1937-1942)
- K.H. Zaenal Abidin (1942-1957)
- K.H ‘Izzuddin (1963-1999)
- KH. Adang Badrudin (1999-2020)
Pada tahun 1957 pesantren ini sempat bubar karena adanya gangguan keamanan, pengacauan DI/TII sedang berkecamuk sehingga K.H Zaenal Abidin yang memimpin pesantren di masa itu menganggap perlu mengamankan diri demi menyelamatkan keberadaan pesantren dan para santrinya.
Sebagian santri ada yang ikut mengungsi dengan gurunya dan ada pula yang ikut dengan saudara-saudaranya di kota lain yang dianggap aman. Pada tahun 1963 setelah situasi aman, K.H ‘Izzuddin sepulangnya menunaikan ibadah haji berniat meneruskan perjuangan para leluhurnya dalam mengelola pondok pesantren.
KH. ‘Izzudin adalah putra dari K.H Syu’eib yang pernah memimpin pesantren tersebut pada periode 1920-1937. Dengan keinginan serta tekad yang kuat untuk menyebarkan dakwah Islam melalui pesantren, maka didirikanlah rumah yang dilengkapi dengan langgar sederhana di atas tanah wakaf seluas 0,25 hektar di kampung Cipulus Kecamatan Wanayasa.
Perkembangan pesantren tersebut sangat pesat terbukti dengan jumlah santri terus meningkat, bahkan sebagian masyarakat sekitar yang ingin menuntut ilmu di rumah tersebut tidak tertampung. Melihat kenyataan itu kemudian dibuatlah asrama pondokan yang sederhana, tiang dari kayu seadanya dengan dilapisi dinding dari bambu yang dikerjakan oleh para santri dan dibantu oleh masyarakat setempat.
Walau demikian, asrama yang sederhana itu untuk sementara cukup menampung para santri, selang beberapa tahun mesjid diperluas menjadi 0,50 hektar. Pesantren tersebut diberi nama “sukalaksana “ dan pada tahun 1975 atas saran para tokoh serta simpatisan nama pesantren sukalaksana diganti menjadi pesantren “Al-Hikamussalafiyah“ yang berarti pesantren yang mengikuti jalan ulama salaf.
Dan sesudah wafatnya K.H ‘Izzuddin pada tahun 1999, tonggak kepemimpinan Pesantren dipegang penuh oleh Syaikhuna Al-Mukarrom KH. Adang Badruddin (Abah Cipulus) sampai sekarang. (ezs)