Biografi KH Adang Badruddin Cipulus: Abah Kecil yang Yatim, Kecerdasan Abah yang luar biasa
Oleh: Hadi M. Musa Said, M.Si.,
Purwakarta Online - Abah (KH Adang Badruddin) lahir di Kampung/Desa Simpang Wanayasa pada tanggal 23 Juli 1948, dari Pasangan KH Ace Tafsunzi atau ada yg menyebut Cece Tapsunji dan Ibu Nyai Uju Juariyah.
Umur 8 bulan Abah ditinggal Ayahnya karena Sakit, KH Adang Badruddin adalah anak Bungsu dari 3 bersadara yang diberi nama Adang Badruddin, kakak perempuannya bernama Neng Saodah dan Kakak Laki-lakinya bernama Hasan Basri.
Selanjutnya setelah Abah ditinggal Ayahnya, diasuh oleh Ibunya sambil berdagang di Desa Simpang dan Pasar bojong dan juga sambil sekolah di SR atau sekolah Rakyat tahun 1954-1960.
Setelah menyelesaikan Pendidikan SR Abah dapat beasiawa untuk melanjutkan di Purwakarta, Sekolah setingkat SMP pada waktu itu. Tapi tidak tamat, tidak selesai dikarenakan tidak memiliki biaya.
Selanjutnya Abah mulai fokus belajar Ilmu Agama di Keluarga besarnya di Leuwihujan dan dilanjutkan di Pesantren Cipulus. (Nanti akan ditulis tersendiri saat Abah awal masuk di Pesantren Cipulus yang diasuh Oleh Mama Izuddin Putera dari Mama Suaeb yang masih sepupunya).
Kembali ke Perjuangan awal Abah saat ditinggal Ayahnya saat usia Balita kurang lebih 8 bulan, Ibunya juga tinggal di desa Pangkalan yang tidak jauh dari Pasar Kecamatan Bojong dan Seringkali setiap pulang sekolah SR atau sebelum berangkat Sekolah Abah Kecil ikut berjualan Kue atau mengantar Kue-kue ke warung-warung yang ada di pasar, dititipkan.
Dalam cerita yang lain Abah Remaja malah pernah berjualan Kue Roti Pisang yang dipanggul diatas Kepala memakai Nyiru, atau bahasa lainya Tampah dari bambu, berjalan hingga ber kilo-kilo meter dari bojong sampai daetah Darangdan atau daerah Sawit sekarang, itu jauhnya kira-kira 10 KM, sambil memanggul kue dagangan (cerita ini didapatkan dari Uwa Neng Sakdah, Kakak Kandung Abah Neng Saodah, Ajengan Sa'duddin Adik Ipar Abah dan Ajengan Eddy Leuwihujan).
Seringkali juga Abah membantu Orang tuanya dalam hal ini Ibunya untuk mencari nafkah guna membiayai Hidupnya sendiri, masa Kecil yang penuh dengan perjuangan sungguh pelajaran yang sangat berharga buat kita semua.
Betapa seorang Abah Kecil yang masih Usia SD atau SR waktu itu sudah berjuang dengan begitu gigihnya, bahkan untuk bisa jajan pun harus menunggu hari jum'at artinya seminggu sekali baru bisa jajan, itupun jajanya hanya beli bala-bala 4 biji dibagi dengan Kakaknya, dalam waktu lain dijanjikan sama Ibu-nya kalau jadi Juara di Sekolahnya akan dibelikan jajan itupun hanya sebutir telur asin.
Disinilah semangat belajarnya Abah Kecil yang luar biasa dan Abah itu sangat cerdas sehingga terus menjadi juara di sekolahnya atau kalau sekarang rangking terus menerus hingga mendapatkan beasiswa seperti yang disebutkan diatas sekolah setingkat SMP di Purwakarta
Disinilah kecerdasan Abah terus berkembang hingga satu waktu beliau dimasukan ke Pesantren Cipulus kira-kira tahun 1964 saat Abah berumur 16 Tahun oleh Uwanya yang bernama Uwa Elan atau Bapak Dahlan, tapi sebelumnya Abah sudah belajar di Pesantren Ajengan Qosim di Ciberem dan Ajengan Qomar di Pangkalan dengan menjadi Santri Kalong.
Dan sewaktu di Ajengan Qomar Beliau Abah sempan mesantren dan bahkan menjadi Lurah pondok atau ketua Asrama dan ngawuruk atau mengajarkan ke Santri lainya, dan kesininya Ajengan Qomar Pangkalan menjadi Besan Abah, dari menikahkan Putranya H. Hasbilah Hadzami dan Siti Fatimah Putri Ajengan Qomar Pangkalan.
Saat awal-awal Abah mesantren di Cipulus ditinggal Ibunya sehingga Abah menjadi yatim piatu dan selanjutnya diasuh oleh Uwanya di leuwihujan tidak jauh dari pesantren Cipulus
Kecerdasan Abah memang dari awal sudah terlihat menonjol diantara teman-teman Santri seangkatanya, dan setiap pelajaran apapun Abah tidak butuh waktu lama untuk menyerap dan memahaminya, sehingga seringkali Abah diminta bantu teman-temanya untuk mengulangi penjelasan yang disampaikan oleh Mama Ajengan Izuddin Bin Mama Ajengan Suaeb.
Ini yang mungkin tidak lazim dan tidak biasa Abah mesantren hanya dibekali Gunting Cukur zaman dulu, dan beliau Abah membuka jasa potong rambut di Pesantren dengan dibayar 1 gelas kecil beras untuk satu orang yang dicukur, beras hasil mencukurpun dikumpulkan untuk bekal Abah mesantren, cerita ini juga dari kaka nya dan sebagian dari sahabat nya H Ya'kub (Sekretaris Abah waktu Abah jadi Lurah Pondok Cipulus tahun 1969-1971) yang sekarang tinggal di Daerah Sagala Herang Subang.
Dari sinilah jiwa kepemimpinan Abah sangat terlihat menonjol diantara teman-teman Santri yang lain, Hingga Abah di Jodohkan dengan Umi tahun 1971 saat Abah betumur 23 tahun dan Umi betumur 16 tahun (Kisah Cinta Abah dan Umi Euis Jubaidah akan ditulis tersendiri)...
Cipulus Jum'at 7 Agustus 2020
Hadi M Musa Said adalah Santri Abah Cipulus, Khadam/Humas Cipulus, Ketua PP GP Ansor dan Komite SMK/SMA Albadar Cipulus
Kembali ke Perjuangan awal Abah saat ditinggal Ayahnya saat usia Balita kurang lebih 8 bulan, Ibunya juga tinggal di desa Pangkalan yang tidak jauh dari Pasar Kecamatan Bojong dan Seringkali setiap pulang sekolah SR atau sebelum berangkat Sekolah Abah Kecil ikut berjualan Kue atau mengantar Kue-kue ke warung-warung yang ada di pasar, dititipkan.
Dalam cerita yang lain Abah Remaja malah pernah berjualan Kue Roti Pisang yang dipanggul diatas Kepala memakai Nyiru, atau bahasa lainya Tampah dari bambu, berjalan hingga ber kilo-kilo meter dari bojong sampai daetah Darangdan atau daerah Sawit sekarang, itu jauhnya kira-kira 10 KM, sambil memanggul kue dagangan (cerita ini didapatkan dari Uwa Neng Sakdah, Kakak Kandung Abah Neng Saodah, Ajengan Sa'duddin Adik Ipar Abah dan Ajengan Eddy Leuwihujan).
Seringkali juga Abah membantu Orang tuanya dalam hal ini Ibunya untuk mencari nafkah guna membiayai Hidupnya sendiri, masa Kecil yang penuh dengan perjuangan sungguh pelajaran yang sangat berharga buat kita semua.
Betapa seorang Abah Kecil yang masih Usia SD atau SR waktu itu sudah berjuang dengan begitu gigihnya, bahkan untuk bisa jajan pun harus menunggu hari jum'at artinya seminggu sekali baru bisa jajan, itupun jajanya hanya beli bala-bala 4 biji dibagi dengan Kakaknya, dalam waktu lain dijanjikan sama Ibu-nya kalau jadi Juara di Sekolahnya akan dibelikan jajan itupun hanya sebutir telur asin.
Disinilah semangat belajarnya Abah Kecil yang luar biasa dan Abah itu sangat cerdas sehingga terus menjadi juara di sekolahnya atau kalau sekarang rangking terus menerus hingga mendapatkan beasiswa seperti yang disebutkan diatas sekolah setingkat SMP di Purwakarta
Disinilah kecerdasan Abah terus berkembang hingga satu waktu beliau dimasukan ke Pesantren Cipulus kira-kira tahun 1964 saat Abah berumur 16 Tahun oleh Uwanya yang bernama Uwa Elan atau Bapak Dahlan, tapi sebelumnya Abah sudah belajar di Pesantren Ajengan Qosim di Ciberem dan Ajengan Qomar di Pangkalan dengan menjadi Santri Kalong.
Dan sewaktu di Ajengan Qomar Beliau Abah sempan mesantren dan bahkan menjadi Lurah pondok atau ketua Asrama dan ngawuruk atau mengajarkan ke Santri lainya, dan kesininya Ajengan Qomar Pangkalan menjadi Besan Abah, dari menikahkan Putranya H. Hasbilah Hadzami dan Siti Fatimah Putri Ajengan Qomar Pangkalan.
Saat awal-awal Abah mesantren di Cipulus ditinggal Ibunya sehingga Abah menjadi yatim piatu dan selanjutnya diasuh oleh Uwanya di leuwihujan tidak jauh dari pesantren Cipulus
Kecerdasan Abah memang dari awal sudah terlihat menonjol diantara teman-teman Santri seangkatanya, dan setiap pelajaran apapun Abah tidak butuh waktu lama untuk menyerap dan memahaminya, sehingga seringkali Abah diminta bantu teman-temanya untuk mengulangi penjelasan yang disampaikan oleh Mama Ajengan Izuddin Bin Mama Ajengan Suaeb.
Ini yang mungkin tidak lazim dan tidak biasa Abah mesantren hanya dibekali Gunting Cukur zaman dulu, dan beliau Abah membuka jasa potong rambut di Pesantren dengan dibayar 1 gelas kecil beras untuk satu orang yang dicukur, beras hasil mencukurpun dikumpulkan untuk bekal Abah mesantren, cerita ini juga dari kaka nya dan sebagian dari sahabat nya H Ya'kub (Sekretaris Abah waktu Abah jadi Lurah Pondok Cipulus tahun 1969-1971) yang sekarang tinggal di Daerah Sagala Herang Subang.
Dari sinilah jiwa kepemimpinan Abah sangat terlihat menonjol diantara teman-teman Santri yang lain, Hingga Abah di Jodohkan dengan Umi tahun 1971 saat Abah betumur 23 tahun dan Umi betumur 16 tahun (Kisah Cinta Abah dan Umi Euis Jubaidah akan ditulis tersendiri)...
Cipulus Jum'at 7 Agustus 2020
Hadi M Musa Said adalah Santri Abah Cipulus, Khadam/Humas Cipulus, Ketua PP GP Ansor dan Komite SMK/SMA Albadar Cipulus
search keyword : abah cipulus purwakarta,biografi abah cipulus,sholawat abah cipulus,sholawat nu abah cipulus,lirik syair abah cipulus,abah adang cipulus,lirik sholawat abah cipulus,profil abah cipulus,purwakarta,purwakarta online,pesantren al hikamussalafiyah,kh adang badrudin cipulus,biografi kh adang badrudin,