Sabet gelar Raja Kutik, Petani FC boyong piala dan 2,5 juta di Bumdes Cup 2020 (Video)
BUM Desa Cup 2020 |
PurwakartaOnline.com - Petani FC memboyong gelar Raja Kutik di Bumdes Cup 2020, setelah berhasil menundukan Bumdes FC lewat gol cantik ala David Beckham dari Nanang di paruh pertama pertandingan (Minggu, 11/10/2020).
Raja Kutik adalah gelar ekslusif yang hanya ada di Bumdes Cup Desa Pusakamulya, mempertemukan dua tim yang paling cepat tersingkir dalam babak penyisihan grup. Jika dalam turnamen lain kita mengenal istilah Play-off, maka dalam Bumdes Cup kita akan menemukan istilah Play-sex, yaitu pertandingan hiburan yang dilaksanakan sebelum partai final.
Petani FC memanfaatkan kelengahan para pemain Bumdes FC dengan melakukan transisi formasi untuk menguasai lini tengah. Formasi bertransformasi menjadi 4-5-1 dengan naiknya 2 wing back di bagian kanan maupun kiri.
Kepercayaan diri para pemain Petani FC mulai tampak meningkat kala gelandang tengahnya, Surwenda berhasil mengimbangi permainan Sang Legenda Playmaker, Himen. Formasi kembali bertransformasi, taktik di lapangan mulai berganti.
Guna meningkatkan pressure, Petani FC mengisi kedua sayap serangan. Formasi beradaptasi dengan transisi yang luar biasa fleksibel menjadi 2-3-1-4. Saat dalam tekanan tinggi, para pemain Bumdes FC mulai kehilangan konsentrasi, kesalahan demi kesalahan mulai memaksa wasit berkali-kali meniup pluit.
Seakan menyaksikan David Beckham di dunia nyata, penonton, official, panitia, para jurnalis hingga para pemain Bumdes FC hanya mampu terpana dalam suasana slow motion, menyaksikan gemulai liukan bola yang begitu indah melayang menuju sudut atas kiri gawang Bumdes FC. 1-0, Petani FC unggul atas Bumdes FC, saat itulah Petani FC kembali mencoba menguasai lapangan tengah dengan formasi 4-5-1.
Kontrol permainan sepenuhnya dalam genggaman Himen, pertahanan berlapis Petani FC bagaikan gubuk lapuk di tengah sawah yang sedang diterpa angin puyuh. Tidak ada yang mampu menandingi dribble Himen, umpan pendek, umpan lambung hingga akselerasinya selalu menjadi siksaan menyakitkan bagi para pemain Petani FC.
Manajer Petani FC, Zaenx, dalam konferensi pers usai pertandingan, mengakui betapa beratnya babak kedua. Dirinya berharap waktu berjalan lebih cepat, agar pertandingan segera usai.
"Dada saya tidak bisa berhenti berdebar, jantung serasa lemah. Ingin rasanya mempercepat waktu, kita harus akui, Himen bukan lawan yang sepadan untuk kita (Petani FC)," terang Zaenx saat jumpa pers di hadapan para wartawan.
Zaenx selanjutnya mengaku sempat berhalusinasi, saat dalam tekanan hebat di babak kedua. Dirinya benar-benar ingin pertandingan segera berakhir.
"Di babak kedua itu, saking paniknya, saya sempat kepikiran untuk masuk lapangan. Saya ingin mengejar wasit dan merebut pluitnya. Lalu saya akan meniup pluit panjang dan pertandingan diakhiri," terang Zaenx menjelaskan.
Namun bagaimana pun takdir telah ditetapkan dan semua menyaksikan, apa yang terjadi? Himen tiba-tiba cedera, ditarik keluar lapangan. Hingga saat wasit benar-benar meniup peluit panjang, Petani FC akhirnya berhasil mempertahankan kedudukan 1-0. Gelar Raja Kutik pun berhasil diboyong!
Raja Kutik adalah gelar ekslusif yang hanya ada di Bumdes Cup Desa Pusakamulya, mempertemukan dua tim yang paling cepat tersingkir dalam babak penyisihan grup. Jika dalam turnamen lain kita mengenal istilah Play-off, maka dalam Bumdes Cup kita akan menemukan istilah Play-sex, yaitu pertandingan hiburan yang dilaksanakan sebelum partai final.
Hadiah Rp. 2,5 juta
Dengan gelar Raja Kutik, maka Petani FC berhak atas hadiah uang kuliner sejumlah Rp. 2.500.000,. Sedangkan pertandingan final Bumdes Cup mempertemukan tim Barca melawan Arema, yang akhirnya dimenangkan Arema lewat adu penalti.Jalannya pertandingan
Bumdes FC sebagai tim paling awal tersingkir memiliki kans besar untuk menyabet Raja Kutik, pasalnya dalam babak play-sex ini Bumdes FC diperkuat para pemain ber-skill tinggi disertai pengalaman yang sangat mumpuni. Namun situasi benar-benar di luar dugaan, Petani FC yang menggunakan formasi pasif 6-3-1 membuat para pemain Bumdes FC tampak frustasi.Petani FC memanfaatkan kelengahan para pemain Bumdes FC dengan melakukan transisi formasi untuk menguasai lini tengah. Formasi bertransformasi menjadi 4-5-1 dengan naiknya 2 wing back di bagian kanan maupun kiri.
Kepercayaan diri para pemain Petani FC mulai tampak meningkat kala gelandang tengahnya, Surwenda berhasil mengimbangi permainan Sang Legenda Playmaker, Himen. Formasi kembali bertransformasi, taktik di lapangan mulai berganti.
Guna meningkatkan pressure, Petani FC mengisi kedua sayap serangan. Formasi beradaptasi dengan transisi yang luar biasa fleksibel menjadi 2-3-1-4. Saat dalam tekanan tinggi, para pemain Bumdes FC mulai kehilangan konsentrasi, kesalahan demi kesalahan mulai memaksa wasit berkali-kali meniup pluit.
Free Kick ala David Beckham
Pelanggaran di luar kotak penalti, menjadi awal mimpi buruk yang akan terus dikenang sepanjang hayat dikandung badan bagi para pemain Bumdes FC. Nanang yang dipercaya melakukan tendangan bebas, menunjukan skill terpendamnya.Seakan menyaksikan David Beckham di dunia nyata, penonton, official, panitia, para jurnalis hingga para pemain Bumdes FC hanya mampu terpana dalam suasana slow motion, menyaksikan gemulai liukan bola yang begitu indah melayang menuju sudut atas kiri gawang Bumdes FC. 1-0, Petani FC unggul atas Bumdes FC, saat itulah Petani FC kembali mencoba menguasai lapangan tengah dengan formasi 4-5-1.
Himen bagaikan seorang Diktator!
Surwenda ditarik keluar, Petani FC mulai melakukan taktik pertahanan 'zona'. Formasi 6-3-1 kembali digunakan. Himen dengan leluasa mengontrol lini tengah sendirian, rapatnya pertahanan Petani FC didobrak sedemikian rupa.Kontrol permainan sepenuhnya dalam genggaman Himen, pertahanan berlapis Petani FC bagaikan gubuk lapuk di tengah sawah yang sedang diterpa angin puyuh. Tidak ada yang mampu menandingi dribble Himen, umpan pendek, umpan lambung hingga akselerasinya selalu menjadi siksaan menyakitkan bagi para pemain Petani FC.
Manajer Petani FC, Zaenx, dalam konferensi pers usai pertandingan, mengakui betapa beratnya babak kedua. Dirinya berharap waktu berjalan lebih cepat, agar pertandingan segera usai.
"Dada saya tidak bisa berhenti berdebar, jantung serasa lemah. Ingin rasanya mempercepat waktu, kita harus akui, Himen bukan lawan yang sepadan untuk kita (Petani FC)," terang Zaenx saat jumpa pers di hadapan para wartawan.
Zaenx selanjutnya mengaku sempat berhalusinasi, saat dalam tekanan hebat di babak kedua. Dirinya benar-benar ingin pertandingan segera berakhir.
"Di babak kedua itu, saking paniknya, saya sempat kepikiran untuk masuk lapangan. Saya ingin mengejar wasit dan merebut pluitnya. Lalu saya akan meniup pluit panjang dan pertandingan diakhiri," terang Zaenx menjelaskan.
Namun bagaimana pun takdir telah ditetapkan dan semua menyaksikan, apa yang terjadi? Himen tiba-tiba cedera, ditarik keluar lapangan. Hingga saat wasit benar-benar meniup peluit panjang, Petani FC akhirnya berhasil mempertahankan kedudukan 1-0. Gelar Raja Kutik pun berhasil diboyong!