Alasan kenapa Jenderal Listyo harus jadi Kapolri
Listyo Sigit Prabowo |
Oleh: MV. Lestari
Untuk Pembaca Yang Tabah, orang-orang besar mulut itu kini mulai terhempas pada pinggiran jurang dalam dan tak berujung. Tanpa daya, mereka terpojok dan menunggu ajal.
Adakah tangan asing akan meraihnya, pertunjukan lebih dramatis sepertinya sangat mungkin terjadi. Momen sempurna, sedang ditunggu. Itulah alasan kenapa Jendral Listyo Sigit Prabowo harus menjadi Kapolri.
Disamping prestasinya yang hebat, dia adalah orang paling mengerti bahasa Presiden Jokowi. Bukan hanya verbal, gesture hingga gimmick Presiden dimengertinya. Kecepatan eksekusi dari perintah Presiden akan berjalan sangat efisien adalah akibat logis atas lancarnya komunikasi.
Tepat sasaran atas perintah yang dimaksud akan presisi dengan hasilnya adalah karena dia sangat tahu apa yang diinginkan oleh Presiden. Dia orang yang tepat pada waktu yang tepat.
“Apa yang membuat yakin tak terjadi pembangkangan di tubuh Kepolisian? Dia masih sangat muda dan banyak kakak kelasnya jadi bawahannya kan?" Jendral Tito Karnavian diangkat menjadi Kapolri juga masih sangat muda.
Dia berumur 51 tahun 9 bulan. Dia melompati banyak kakak letingnya di Akpol. Memang agak janggal pada awalnya. Pola baru dijadikan budaya oleh Presiden yakni tak terlalu terikat pada tua muda angkatan seperti kebiasaan lama, namun efektifitas mulai terbangun pada tahun keduanya.
Jendral Listyo hanya sebulan lebih muda dibanding Tito bila Januari ini disumpah. Tak ada alasan penolakan karena hal sama telah dimulai jaman Jendral Tito. Polri itu adalah instansi profesional, tongkat komando adalah tolok ukurnya.
Jabatan sebagai Kapolres pernah diembannya, bukan hanya sekali, 3 kali. Kapolres Pati, Kapolres Sukoarjo dan Kapolres Solo. Jabatan sebagai kapolda pernah dia lalui yakni sebagai Kapolda Banten.
Dia termasuk Kapolda aneh, seorang Kristen yang dapat bekerja sama dengan sangat baik di tempat di mana pada awalnya ditolak karena faktor agamanya. "Trus apa kaitannya dengan dia tepat di waktu yang tepat?"
Kita memang sedang menyaksikan akhir drama tentang kejatuhan serigala berbulu domba dan para proxy-nya serigala berbaju agama di negeri kita. Terlalu lama sudah mulut manis mereka membuai kita dengan lagu indah tanpa akhir bahagia.
Seumur hidup, kita hanya akan menjadi bangsa kelas dua tanpa pernah beranjak dan mereka…. menyimpan uang dalam jumlah fantastis di negeri seberang. Mereka mandi uang dan berenang dalam kemewahan dengan label pemimpin.
Ya, mereka adalah antek penjajah sesungguhnya, para kapitalis asing. Bak lintah, para kapitalis telah dan terus ingin menyedot seluruh kekayaan alam kita.
Dan mereka, para pejabat korup, yang turut dalam hingar-bingar politik kita, tidak lain dan tidak bukan adalah calo sekaligus boneka bagi kepentingan kapitalis tersebut.
Kemewahan itu kini diungkit. Dibongkar dan kemudian dijungkir-balikkan oleh Jokowi demi kembali pada fitrahnya, kembali kepada asal seharusnya itu diperuntukkan, RAKYAT...!
Dulu, ketika mereka adalah bagian dari kekuasaan, tak ada alasan takut untuk bertindak suka-suka. Beberapa saat yang lalu, sempat mereka menggila dan melawan sesuka hati. Kini, proxy yang kemarin harus diciptakan, "untuk sesaat" tak lagi berkutik.
Boneka itu kemarin mereka ciptakan dari kaumnya sendiri demi aman kantong yang mulai menipis. Jadilah serigala berbaju agama. Mereka mencari dukungan dari rakyat dengan dalil agama.
Perpecahan dituju, kekacauan diciptakan demi rasa tak percaya rakyat kepada sang pimpinan, presiden terpilih…! Melalui pandemi negara memiliki alasan melakukan restart. Restart yang sama juga dilakukan banyak negara di dunia akibat pandemi global Covid-19.
Sang kapitalis pun tak terbebas, bahkan terjatuh dengan dengan luka lebih parah. Tak ada waktu dan biaya, mereka sibuk dengan dirinya sendiri dan sesaat lupa memberi makan para proxy-nya.
Secara ajaib, pandemi mampu membuat dunia berhenti. Hingar-bingar politik dan ekonomi seperti mendapat waktu rehat. Seperti gadget, dunia seolah restart. Berita baik, akibat lima tahun kerja keras tanpa henti sang Presiden telah membuat Indonesia memiliki posisi start sempurna.
Tak ada seorang pun pernah menyangka, Indonesia langsung menjadi negara paling cepat "start" dan para sponsor berebut memilih kita sebagai salah satu kendaraan pilihannya.
Lihat mereka, negara-negara yang justru makin terkapar ketika lockdown menjadi pilihan diambil.
Mereka tertatih-tatih hanya demi ingin bangun. Korban terinfeksi virus jahanam itu tak serta merta berkurang hanya karena pilihan tersebut, sementara ekonomi justru menuju jurang kehancuran.
Nilai tukar rupiah sebagai tolok ukur, terus menguat dan dinilai sebagai salah satu mata uang paling perkasa di tengah ekonomi global yang suram akibat Covid-19. Itu adalah bukti bahwa para pemilik modal sekaligus para pelaku pasar menengok dan percaya pada kita.
Kita siap melaju dan bersaing. Kompetisi fair akan membuat kita terlihat semakin tangguh sebagai sebuah bangsa. Bersih-bersih dari dalam sudah mendapatkan momen sempurna. Para petempur lapangan di dalam negeri yang diidentifikasi sebagai kelompok anarko telah kandas.
Buruh tak lagi bersuara. Provokator lapangan digiring dan ditangkap. Ha-te-i tumbang dan ef-pe-i pun dibuat tak lagi bernyali.
Pimpinannya dikandangkan hingga sembah sujud para pengikutnya tak lagi memiliki ruang. Ratusan rekening dibekukan hingga tak ada lagi makan gratis dapat digelar. Lapar, lemas hingga takut akan nasib di masa depan kini menghantui mereka.
Namun, itu bukan cerita kita sudah menang. Itu bukan cara kapitalis akan runtuh. Terlalu awal bangga kita teriakkan. Masih akan ada puluhan cara siap mereka upayakan demi dominasi kekuasaan yang tak mungkin diserahkan begitu saja.
Desas desus panglima perang dalam medan berbeda sedang mereka turunkan. Panglima besar sekaligus petempur luar biasa hebat dangan prestasi pernah berhasil meluluh-lantakkan dunia pada era tahun 1997-1998 diisukan telah menampakkan diri.
Paling tidak, mantan boss intelejen kita AM Hedro Priyono telah memberi peringatan. Dia sosok sangat berbahaya bukan bagi kelas perorangan atau perusahaan, tapi negara.
Dia sosok luar biasa sadis, yang mampu membuat banyak negara langsung dan seketika menjadi miskin hanya dengan satu kibasan tangannya. Setiap jejak kakinya melangkah selalu akan meninggalkan bencana. George S*ros direktur Quantum Fund.
Jumlah uang sebagai alat perang yang akan dikomandaninya tak terhitung. Jumlah yang dalam hitungan detik dapat membanjiri sebuah negara dan meluluh lantakkan ekonomi banyak negara disasar. Dia arsitek "kehancuran" luar biasa jenius di bidang itu.
Bukan hanya Indonesia dan Asia saja pernah dibuat babak belur, Inggris gudangnya orang pintar sekaligus negara sangat kaya pun sempat dibuat rontok. Negara itu tercatat sebagai yang pertama dibuat rontok sebelum kibasan berikutnya menghancurkan dunia di tahun '97.
Soeharto dengan segala keangkuhannya dibuat tak berkutik. Sang raja perkasa yang selalu pandai bicara itu dibuat gagu. Soeharto bahkan harus menyembah IMF demi luka tak semakin dalam.
Soeharto sang penguasa 32 tahun itu langsung terkapar tak berdaya jauh disudut ring dan tak lagi dapat bangun. Dia lengser akibat sudah terluka sangat parah akibat kibasan jahat S*ros.
Bahwa demo Mahasiswa '98 adalah apa yang menjadi lembaran hitam putihnya, itu adalah cara sejarah membuat catatan. Itu adalah apa yang terjadi sebagai seri berikutnya dalam lanjutan sebuah cerita. Soeharto sudah tak lagi hebat dan garang, dia lumpuh dan mati semangat.
"Dengar-dengar setan jahat sang kapitalis itu sudah bersiap turun?" Bukan Listyo dihadirkan demi menghadang langkah sang kapitalis itu. Akibat yang akan dibuatnya adalah tidak terprediksi.
Sama dengan sebuah perang, perang dengan dimensi dan target yang berbeda, perang dengan dampak dan akibat yang skala kerusakannya bahkan akan jauh lebih luas dibanding dengan perang konvensional adalah perang yang akan digelar sang kapitalis itu.
Perang ini akan dimulai dengan perusakan dan pengacauan ruang fiskal hingga ruang moneter negara. Kekacauan nilai tukar mata uang kita yang tak lagi dapat dijaga dan kemudian negara jatuh dalam krisis lebih parah adalah perang yang akan dia buat sama.
seperti peristiwa tahun 1997 silam. Perang yang hasil akhirnya adalah merusak trust rakyat pada pemimpinnya. Chaos adalah hasil akhir dituju… Ingat peristiwa kunjungan Staf Kedubes Jerman ke Petamburan? Ingat bai’at ef-pe-i pada I*IS tahun 2016 silam?
Ingat heboh pemulangan eks warga negara yang tergabung dengan I*IS di Suriah akhir tahun 2019 lalu? Pernah dengar rencana konsolidasi I*IS setelah kalah di Suriah akan dipindah ke Asia Tenggara dan Filipina dan Indonesia akan menjadi pusat kegiatan mereka?
Tahukah bahwa MIT, JAT, ef-pe-i Indonesia dan MILF, JI, Abus**af dari Filipina sudah berbai’at pada mereka? Haruskah kita melihat semua pertanyaan itu hanya sebagai kebetulan dan tak terkait satu dengan yang lain?
Tak adakah kaitan dengan Laut China Selatan (LCS) yang hari ini adalah tempat paling panas sedunia dan potensi PD-3 sangat besar justru dimulai dari tempat ini? Adakah yang menolak Taliban hingga Al-Qaeda dari Afghanistan tak terkait dengan AS?
Bagaimana dengan I*IS? Seorang Hillary Clinton spesifik mengakuinya bukan? Al-Q**da 11/12 dengan I*IS bukan pula cerita basi. Kini di Suriah mereka sudah terpojok dan tak lagi bertaring. Bantuan asing tak lagi dapat membantu ketika China, Rusia dan Iran terlibat secara benderang.
"Kukudan" (tutup warung) dan kemudian pindah ke Asia tenggara pun bukan tanpa maksud. Ada rasa tak suka dengan China yang menjadi makin besar dan di laut Selatan alasan itu mendapat kesempatan.
Ada tempat dapat dipakai sebagai titik kumpul di sana, paling tidak di Filipina Selatan. Atau sedikit ngumpet di Poso misalnya. Asia Tenggara penting bagi kegiatan mereka memulai rusuh demi menahan laju China dan Indonesia dalam kondisi tertentu.
Penetrasi radikalisme dibuat sejak awal demi tujuan besar ini. Beruntung gerak cepat Presiden dapat menutup ha-te-i dan ef-pe-i bahkan banyak rekening telah pula ditutup.
Beruntung, dalam sisi berbeda memaknai pandemi covid-19 PSBB memberi ruang sempurna negara membatasi gerak mereka di dalam negeri. Sementara yang berasal dari luar pun terbatasi oleh kedaruratan pandemi itu sendiri.
Wadah mereka sebagai kendaraan untuk bergerak dalam banyak aksi telah terbatasi dengan dibubarkannya organisasi mereka. "Apa kaitan itu semua dengan Kapolri baru?"
Sama dengan Panglima TNI Jendral Hadi Tjahjono yang telah dikenal sejak Presiden menjabat Walikota Solo, Jendral Listyo pun dikenalnya sejak beliau menjabat sebagai Kapolres Kota Solo. Keduanya tak mungkin tak sengaja dikader sejak Jokowi menjabat Presiden pada 2014 lalu.
Tantangan 4 tahun ke depan sebagai sisa masa jabatannya, maju Indonesia sebagai kekuatan baru dunia dan isu Laut China Selatan, bukan tak mungkin adalah cara barat mengambil momen. "Tak baik kekuatan besar baru lahir dari Asia, musnahkan!"
Setelah Presiden diuntungkan dengan pandemi sehingga radikalisme dapat ditekan bahkan alasan membekukan banyak rekening yang diduga berisi harta tak baik itu telah didapat dengan dibubarkannya ef-pe-i, mereka mati suri.
Aliran dana terhenti. Seperti hibernasi, mereka untuk sementara diam, menunggu saat tepat ketika kondisi telah memungkinkan. Mbah So*ros patut kita curigai. Bukan dia datang dengan dana dan lalu bagi-bagi, dan lalu kita stop, caranya bekerja tak mungkin seperti itu.
Dia terlalu pintar untuk kita prediksi. Membabat mereka yang sedang hibernasi, itu salah satu poin penting Kapolri baru. Mereka bersembunyi pada banyak posisi. Militer, kepolisian, ASN hingga jabatan-jabatan strategis yang lain, sudah bukan rahasia lagi.
Jokowi membutuhkan orang yang sangat dapat dipercaya untuk berani bergerak tanpa selalu perintah spesifik. Jokowi ingin pekerjaannya dalam membangun tak harus selalu diintervensi dengan bawahannya yang ragu dan lalu menunggu perintahnya.
Itu terjadi pada mutasi 2 Kapolda pada peristiwa Petamburan. Mereka berdua dimutasi bukan karena tak pintar, sangat mungkin karena mereka tak mengerti bahasa Presiden.
Dan maka Jendral Dudung bergerak demikian pula Kapolda Fadil, keduanya mendapat apresiasi tinggi dari rakyat dan sumringah Presiden. Sama dengan genangan pada cekungan di musim hujan selalu mengundang bibit nyamuk DBD bertelur, dibuat kering dan steril dari air menggenang, sebanyak apapun nyamuk itu datang, mereka tak akan berbiak. Buat mereka yang sedang hibernasi hilang, sebanyak apa pun dan dana dari siapa pun masuk, tak akan bermakna bahaya.
Bukan pekerjaan mudah, ini pekerjaan paling berat dan hampir mustahil. Terlalu berakar dan terlalu kuat mereka menempel pada banyak institusi negara ini. Puluhan tahun sudah mereka menancapkan akarnya. Mereka selalu selamat siapa pun Presidennya.
Sama dengan perintah sederhana Presiden yakni tuntaskan perkara Novel, 3 Kabareskrim tak mampu membuat masalah ini selesai. Bukan perkara sulit, masalah intern adalah apa yang sering menjadi penyebab. Ada hal bersifat politis tak ingin ini tuntas.
Artinya, ada kekuatan tak terlihat seolah lebih tinggi dari jabatan Kabareskrim. Bukan selalu atasan langsung, Kapolri misalnya, ini tentang kekuatan politik. Ini tentang dominasi dan pengaruh dalam politik.
Tanpa ragu, Listyo langsung tuntaskan perkara Novel Baswedan. Bukan hanya itu, dia bahkan memberi bonus penangkapan Djoko Tjandra buron 11 tahun. Tak tanggung-tanggung, dua jendral polisi yang dianggap berada di belakang kasus ini pun diangkut tanpa terlihat gamang.
Bukan tingkat kesulitan perkara menjadi masalah, keberanian menerjang tembok kemustahilan, itulah yang diminta oleh Jokowi dan ini dibuktikan bukan dijanjikan oleh Jendral Listyo.
Benah-benah di dalam tanpa pandang bulu selalu beresiko dijadikan musuh oleh semua pihak seperti Jokowi sudah. Sepertinya sepele, namun itulah masalah utama negeri ini.
Sama dengan menuntaskan masalah sepele Novel Baswedan dan namun 3 Kabareskrim tak mampu, kini masalah sepele sepanjang jaman yakni bersih-bersih yang tak pernah tuntas sejak siapa pun pernah menjadi Kapolri adalah tantangan pada jabatannya.
Laut China Selatan akan tetap bergejolak dengan dinamikanya. Amerika dan sekutunya tak akan berhenti mencegah dominasi China di LCS.
Mbah S*ros dan kawan kawan akan tetap mencari celah membuat kacau banyak negara dengan uang dan kepiawaiannya dalam menghancurkan ekonomi banyak negara demi superioritas kaumnya tetap dipertahankan.
Asia adalah targetnya, Asia tenggara, yakni Indonesia, Filipina dan Thailand adalah batu pijakan pertamanya. Mereka tidak peduli dengan siapa pun Presiden Indonesia dan Kapolrinya.
Filipina sangat mungkin tetap tidak akan bebas dari radikalis di selatan negaranya dan tetap dijadikan ladang percobaan bagi bibit terorisme demi kacau stabilitas kawasan yang mengabdi pada kapitalis demi antitesa China di LCS.
Kawasan Filipina selatan tak terlalu berbeda dengan Thailand Selatan, Rohingnya dan Uighur di China. Kondisi tak nyaman akan tetap dipertahankan bagi pemilik kepentingan.
Indonesia tanpa bersih-bersih dari dalam adalah Indonesia idaman bagi para kapitalis dengan radikal agama sebagai proxy-nya. Itu adalah apa yang kini jadi perhatian Jokowi dan meminta Jendral Listyo berdiri Paling depan sekaligus pihak paling bertanggung jawab.
Sama seperti yang pernah Jokowi alami sejak hari pertama dia menjabat Presiden, Listyo sejak hari pertama sebagai Kapolri akan mendapat perlakuan seperti Jokowi. PKI, anak haram, kafir hingga seluruh hidup pribadi dan keluarganya akan diungkit dan dinistakan.
Untuk itulah dia menjadi yang terpilih. Untuk itulah hakikat Kapolri melekat padanya. Untuk bisa menjadi sama seperti Presiden Jokowi dalam cara bekerja dan bertindak
Indonesia bersih dari para pengkhianat dan di sisi lain menjadi negara maju adalah tentang Jokowi sebagai Presiden bekerja dan Listyo Sigit Prabowo sebagai Kapolri yang menjamin stabilitas bagi tercapainya cita-cita itu.
Indonesia yang bersih dari dalam dengan ekonominya yang maju bukan Indonesia yang akan mudah diadu domba. Di sana, peran kita pada kancah pergaulan internasional akan mendapatkan pengakuan.
Indonesia yang kuat, akan membuat LCS tak lagi akan menjadi momok menakutkan. Suara kita akan sangat di dengar. Perdamaian pada kawasan itu adalah pintu tepat bagi langkah hebat kita sebagai bangsa
Hari ini, Laut China Selatan adalah tentang 25% perdagangan dunia dilalui. Mempertahankan LCS tetap damai, adalah pintu tepat bagi langkah hebat kita sebagai bangsa.
Tanpa kita menjadi kuat, tak ada suara kita akan di dengar, dan LCS hanya akan menjadi kawasan Timur Tengah berikutnya. Perang abadi sebagai ganti kawasan negara-negara Arab.
Untuk sesaat, Jendral Listyo Sigit Prabowo memang akan menjadi bulan-bulanan seperti dulu Presiden Jokowi pernah. Seperti Jokowi, dia justru akan mendapat pijakan bagi langkah suksesnya karena hinaan itu.
Mungkinkah rusak puluhan tahun mental bangsa ini telah lewati akan sanggup dikejar dalam 4 tahun, Jokowi pernah sanggup membangun dengan skala itu, tak ada alasan tak mungkin. Selalu ada hasil baik dari pikiran dan hati yang baik.
Jokowi orang baik, mustahil beliau tidak menularkan banyak hal baik bagi orang yang sudah dikadernya selama lebih dari 6 tahun demi posisi ini. SELAMAT bekerja Jendral...
Sumber
https://twitter.com/__MV_llestari__/status/1349387124101976064?s=20
Adakah tangan asing akan meraihnya, pertunjukan lebih dramatis sepertinya sangat mungkin terjadi. Momen sempurna, sedang ditunggu. Itulah alasan kenapa Jendral Listyo Sigit Prabowo harus menjadi Kapolri.
Disamping prestasinya yang hebat, dia adalah orang paling mengerti bahasa Presiden Jokowi. Bukan hanya verbal, gesture hingga gimmick Presiden dimengertinya. Kecepatan eksekusi dari perintah Presiden akan berjalan sangat efisien adalah akibat logis atas lancarnya komunikasi.
Tepat sasaran atas perintah yang dimaksud akan presisi dengan hasilnya adalah karena dia sangat tahu apa yang diinginkan oleh Presiden. Dia orang yang tepat pada waktu yang tepat.
“Apa yang membuat yakin tak terjadi pembangkangan di tubuh Kepolisian? Dia masih sangat muda dan banyak kakak kelasnya jadi bawahannya kan?" Jendral Tito Karnavian diangkat menjadi Kapolri juga masih sangat muda.
Dia berumur 51 tahun 9 bulan. Dia melompati banyak kakak letingnya di Akpol. Memang agak janggal pada awalnya. Pola baru dijadikan budaya oleh Presiden yakni tak terlalu terikat pada tua muda angkatan seperti kebiasaan lama, namun efektifitas mulai terbangun pada tahun keduanya.
Jendral Listyo hanya sebulan lebih muda dibanding Tito bila Januari ini disumpah. Tak ada alasan penolakan karena hal sama telah dimulai jaman Jendral Tito. Polri itu adalah instansi profesional, tongkat komando adalah tolok ukurnya.
Jabatan sebagai Kapolres pernah diembannya, bukan hanya sekali, 3 kali. Kapolres Pati, Kapolres Sukoarjo dan Kapolres Solo. Jabatan sebagai kapolda pernah dia lalui yakni sebagai Kapolda Banten.
Dia termasuk Kapolda aneh, seorang Kristen yang dapat bekerja sama dengan sangat baik di tempat di mana pada awalnya ditolak karena faktor agamanya. "Trus apa kaitannya dengan dia tepat di waktu yang tepat?"
Kita memang sedang menyaksikan akhir drama tentang kejatuhan serigala berbulu domba dan para proxy-nya serigala berbaju agama di negeri kita. Terlalu lama sudah mulut manis mereka membuai kita dengan lagu indah tanpa akhir bahagia.
Seumur hidup, kita hanya akan menjadi bangsa kelas dua tanpa pernah beranjak dan mereka…. menyimpan uang dalam jumlah fantastis di negeri seberang. Mereka mandi uang dan berenang dalam kemewahan dengan label pemimpin.
Ya, mereka adalah antek penjajah sesungguhnya, para kapitalis asing. Bak lintah, para kapitalis telah dan terus ingin menyedot seluruh kekayaan alam kita.
Dan mereka, para pejabat korup, yang turut dalam hingar-bingar politik kita, tidak lain dan tidak bukan adalah calo sekaligus boneka bagi kepentingan kapitalis tersebut.
Kemewahan itu kini diungkit. Dibongkar dan kemudian dijungkir-balikkan oleh Jokowi demi kembali pada fitrahnya, kembali kepada asal seharusnya itu diperuntukkan, RAKYAT...!
Dulu, ketika mereka adalah bagian dari kekuasaan, tak ada alasan takut untuk bertindak suka-suka. Beberapa saat yang lalu, sempat mereka menggila dan melawan sesuka hati. Kini, proxy yang kemarin harus diciptakan, "untuk sesaat" tak lagi berkutik.
Boneka itu kemarin mereka ciptakan dari kaumnya sendiri demi aman kantong yang mulai menipis. Jadilah serigala berbaju agama. Mereka mencari dukungan dari rakyat dengan dalil agama.
Perpecahan dituju, kekacauan diciptakan demi rasa tak percaya rakyat kepada sang pimpinan, presiden terpilih…! Melalui pandemi negara memiliki alasan melakukan restart. Restart yang sama juga dilakukan banyak negara di dunia akibat pandemi global Covid-19.
Sang kapitalis pun tak terbebas, bahkan terjatuh dengan dengan luka lebih parah. Tak ada waktu dan biaya, mereka sibuk dengan dirinya sendiri dan sesaat lupa memberi makan para proxy-nya.
Secara ajaib, pandemi mampu membuat dunia berhenti. Hingar-bingar politik dan ekonomi seperti mendapat waktu rehat. Seperti gadget, dunia seolah restart. Berita baik, akibat lima tahun kerja keras tanpa henti sang Presiden telah membuat Indonesia memiliki posisi start sempurna.
Tak ada seorang pun pernah menyangka, Indonesia langsung menjadi negara paling cepat "start" dan para sponsor berebut memilih kita sebagai salah satu kendaraan pilihannya.
Lihat mereka, negara-negara yang justru makin terkapar ketika lockdown menjadi pilihan diambil.
Mereka tertatih-tatih hanya demi ingin bangun. Korban terinfeksi virus jahanam itu tak serta merta berkurang hanya karena pilihan tersebut, sementara ekonomi justru menuju jurang kehancuran.
Nilai tukar rupiah sebagai tolok ukur, terus menguat dan dinilai sebagai salah satu mata uang paling perkasa di tengah ekonomi global yang suram akibat Covid-19. Itu adalah bukti bahwa para pemilik modal sekaligus para pelaku pasar menengok dan percaya pada kita.
Kita siap melaju dan bersaing. Kompetisi fair akan membuat kita terlihat semakin tangguh sebagai sebuah bangsa. Bersih-bersih dari dalam sudah mendapatkan momen sempurna. Para petempur lapangan di dalam negeri yang diidentifikasi sebagai kelompok anarko telah kandas.
Buruh tak lagi bersuara. Provokator lapangan digiring dan ditangkap. Ha-te-i tumbang dan ef-pe-i pun dibuat tak lagi bernyali.
Pimpinannya dikandangkan hingga sembah sujud para pengikutnya tak lagi memiliki ruang. Ratusan rekening dibekukan hingga tak ada lagi makan gratis dapat digelar. Lapar, lemas hingga takut akan nasib di masa depan kini menghantui mereka.
Namun, itu bukan cerita kita sudah menang. Itu bukan cara kapitalis akan runtuh. Terlalu awal bangga kita teriakkan. Masih akan ada puluhan cara siap mereka upayakan demi dominasi kekuasaan yang tak mungkin diserahkan begitu saja.
Desas desus panglima perang dalam medan berbeda sedang mereka turunkan. Panglima besar sekaligus petempur luar biasa hebat dangan prestasi pernah berhasil meluluh-lantakkan dunia pada era tahun 1997-1998 diisukan telah menampakkan diri.
Paling tidak, mantan boss intelejen kita AM Hedro Priyono telah memberi peringatan. Dia sosok sangat berbahaya bukan bagi kelas perorangan atau perusahaan, tapi negara.
Dia sosok luar biasa sadis, yang mampu membuat banyak negara langsung dan seketika menjadi miskin hanya dengan satu kibasan tangannya. Setiap jejak kakinya melangkah selalu akan meninggalkan bencana. George S*ros direktur Quantum Fund.
Jumlah uang sebagai alat perang yang akan dikomandaninya tak terhitung. Jumlah yang dalam hitungan detik dapat membanjiri sebuah negara dan meluluh lantakkan ekonomi banyak negara disasar. Dia arsitek "kehancuran" luar biasa jenius di bidang itu.
Bukan hanya Indonesia dan Asia saja pernah dibuat babak belur, Inggris gudangnya orang pintar sekaligus negara sangat kaya pun sempat dibuat rontok. Negara itu tercatat sebagai yang pertama dibuat rontok sebelum kibasan berikutnya menghancurkan dunia di tahun '97.
Soeharto dengan segala keangkuhannya dibuat tak berkutik. Sang raja perkasa yang selalu pandai bicara itu dibuat gagu. Soeharto bahkan harus menyembah IMF demi luka tak semakin dalam.
Soeharto sang penguasa 32 tahun itu langsung terkapar tak berdaya jauh disudut ring dan tak lagi dapat bangun. Dia lengser akibat sudah terluka sangat parah akibat kibasan jahat S*ros.
Bahwa demo Mahasiswa '98 adalah apa yang menjadi lembaran hitam putihnya, itu adalah cara sejarah membuat catatan. Itu adalah apa yang terjadi sebagai seri berikutnya dalam lanjutan sebuah cerita. Soeharto sudah tak lagi hebat dan garang, dia lumpuh dan mati semangat.
"Dengar-dengar setan jahat sang kapitalis itu sudah bersiap turun?" Bukan Listyo dihadirkan demi menghadang langkah sang kapitalis itu. Akibat yang akan dibuatnya adalah tidak terprediksi.
Sama dengan sebuah perang, perang dengan dimensi dan target yang berbeda, perang dengan dampak dan akibat yang skala kerusakannya bahkan akan jauh lebih luas dibanding dengan perang konvensional adalah perang yang akan digelar sang kapitalis itu.
Perang ini akan dimulai dengan perusakan dan pengacauan ruang fiskal hingga ruang moneter negara. Kekacauan nilai tukar mata uang kita yang tak lagi dapat dijaga dan kemudian negara jatuh dalam krisis lebih parah adalah perang yang akan dia buat sama.
seperti peristiwa tahun 1997 silam. Perang yang hasil akhirnya adalah merusak trust rakyat pada pemimpinnya. Chaos adalah hasil akhir dituju… Ingat peristiwa kunjungan Staf Kedubes Jerman ke Petamburan? Ingat bai’at ef-pe-i pada I*IS tahun 2016 silam?
Ingat heboh pemulangan eks warga negara yang tergabung dengan I*IS di Suriah akhir tahun 2019 lalu? Pernah dengar rencana konsolidasi I*IS setelah kalah di Suriah akan dipindah ke Asia Tenggara dan Filipina dan Indonesia akan menjadi pusat kegiatan mereka?
Tahukah bahwa MIT, JAT, ef-pe-i Indonesia dan MILF, JI, Abus**af dari Filipina sudah berbai’at pada mereka? Haruskah kita melihat semua pertanyaan itu hanya sebagai kebetulan dan tak terkait satu dengan yang lain?
Tak adakah kaitan dengan Laut China Selatan (LCS) yang hari ini adalah tempat paling panas sedunia dan potensi PD-3 sangat besar justru dimulai dari tempat ini? Adakah yang menolak Taliban hingga Al-Qaeda dari Afghanistan tak terkait dengan AS?
Bagaimana dengan I*IS? Seorang Hillary Clinton spesifik mengakuinya bukan? Al-Q**da 11/12 dengan I*IS bukan pula cerita basi. Kini di Suriah mereka sudah terpojok dan tak lagi bertaring. Bantuan asing tak lagi dapat membantu ketika China, Rusia dan Iran terlibat secara benderang.
"Kukudan" (tutup warung) dan kemudian pindah ke Asia tenggara pun bukan tanpa maksud. Ada rasa tak suka dengan China yang menjadi makin besar dan di laut Selatan alasan itu mendapat kesempatan.
Ada tempat dapat dipakai sebagai titik kumpul di sana, paling tidak di Filipina Selatan. Atau sedikit ngumpet di Poso misalnya. Asia Tenggara penting bagi kegiatan mereka memulai rusuh demi menahan laju China dan Indonesia dalam kondisi tertentu.
Penetrasi radikalisme dibuat sejak awal demi tujuan besar ini. Beruntung gerak cepat Presiden dapat menutup ha-te-i dan ef-pe-i bahkan banyak rekening telah pula ditutup.
Beruntung, dalam sisi berbeda memaknai pandemi covid-19 PSBB memberi ruang sempurna negara membatasi gerak mereka di dalam negeri. Sementara yang berasal dari luar pun terbatasi oleh kedaruratan pandemi itu sendiri.
Wadah mereka sebagai kendaraan untuk bergerak dalam banyak aksi telah terbatasi dengan dibubarkannya organisasi mereka. "Apa kaitan itu semua dengan Kapolri baru?"
Sama dengan Panglima TNI Jendral Hadi Tjahjono yang telah dikenal sejak Presiden menjabat Walikota Solo, Jendral Listyo pun dikenalnya sejak beliau menjabat sebagai Kapolres Kota Solo. Keduanya tak mungkin tak sengaja dikader sejak Jokowi menjabat Presiden pada 2014 lalu.
Tantangan 4 tahun ke depan sebagai sisa masa jabatannya, maju Indonesia sebagai kekuatan baru dunia dan isu Laut China Selatan, bukan tak mungkin adalah cara barat mengambil momen. "Tak baik kekuatan besar baru lahir dari Asia, musnahkan!"
Setelah Presiden diuntungkan dengan pandemi sehingga radikalisme dapat ditekan bahkan alasan membekukan banyak rekening yang diduga berisi harta tak baik itu telah didapat dengan dibubarkannya ef-pe-i, mereka mati suri.
Aliran dana terhenti. Seperti hibernasi, mereka untuk sementara diam, menunggu saat tepat ketika kondisi telah memungkinkan. Mbah So*ros patut kita curigai. Bukan dia datang dengan dana dan lalu bagi-bagi, dan lalu kita stop, caranya bekerja tak mungkin seperti itu.
Dia terlalu pintar untuk kita prediksi. Membabat mereka yang sedang hibernasi, itu salah satu poin penting Kapolri baru. Mereka bersembunyi pada banyak posisi. Militer, kepolisian, ASN hingga jabatan-jabatan strategis yang lain, sudah bukan rahasia lagi.
Jokowi membutuhkan orang yang sangat dapat dipercaya untuk berani bergerak tanpa selalu perintah spesifik. Jokowi ingin pekerjaannya dalam membangun tak harus selalu diintervensi dengan bawahannya yang ragu dan lalu menunggu perintahnya.
Itu terjadi pada mutasi 2 Kapolda pada peristiwa Petamburan. Mereka berdua dimutasi bukan karena tak pintar, sangat mungkin karena mereka tak mengerti bahasa Presiden.
Dan maka Jendral Dudung bergerak demikian pula Kapolda Fadil, keduanya mendapat apresiasi tinggi dari rakyat dan sumringah Presiden. Sama dengan genangan pada cekungan di musim hujan selalu mengundang bibit nyamuk DBD bertelur, dibuat kering dan steril dari air menggenang, sebanyak apapun nyamuk itu datang, mereka tak akan berbiak. Buat mereka yang sedang hibernasi hilang, sebanyak apa pun dan dana dari siapa pun masuk, tak akan bermakna bahaya.
Bukan pekerjaan mudah, ini pekerjaan paling berat dan hampir mustahil. Terlalu berakar dan terlalu kuat mereka menempel pada banyak institusi negara ini. Puluhan tahun sudah mereka menancapkan akarnya. Mereka selalu selamat siapa pun Presidennya.
Sama dengan perintah sederhana Presiden yakni tuntaskan perkara Novel, 3 Kabareskrim tak mampu membuat masalah ini selesai. Bukan perkara sulit, masalah intern adalah apa yang sering menjadi penyebab. Ada hal bersifat politis tak ingin ini tuntas.
Artinya, ada kekuatan tak terlihat seolah lebih tinggi dari jabatan Kabareskrim. Bukan selalu atasan langsung, Kapolri misalnya, ini tentang kekuatan politik. Ini tentang dominasi dan pengaruh dalam politik.
Tanpa ragu, Listyo langsung tuntaskan perkara Novel Baswedan. Bukan hanya itu, dia bahkan memberi bonus penangkapan Djoko Tjandra buron 11 tahun. Tak tanggung-tanggung, dua jendral polisi yang dianggap berada di belakang kasus ini pun diangkut tanpa terlihat gamang.
Bukan tingkat kesulitan perkara menjadi masalah, keberanian menerjang tembok kemustahilan, itulah yang diminta oleh Jokowi dan ini dibuktikan bukan dijanjikan oleh Jendral Listyo.
Benah-benah di dalam tanpa pandang bulu selalu beresiko dijadikan musuh oleh semua pihak seperti Jokowi sudah. Sepertinya sepele, namun itulah masalah utama negeri ini.
Sama dengan menuntaskan masalah sepele Novel Baswedan dan namun 3 Kabareskrim tak mampu, kini masalah sepele sepanjang jaman yakni bersih-bersih yang tak pernah tuntas sejak siapa pun pernah menjadi Kapolri adalah tantangan pada jabatannya.
Laut China Selatan akan tetap bergejolak dengan dinamikanya. Amerika dan sekutunya tak akan berhenti mencegah dominasi China di LCS.
Mbah S*ros dan kawan kawan akan tetap mencari celah membuat kacau banyak negara dengan uang dan kepiawaiannya dalam menghancurkan ekonomi banyak negara demi superioritas kaumnya tetap dipertahankan.
Asia adalah targetnya, Asia tenggara, yakni Indonesia, Filipina dan Thailand adalah batu pijakan pertamanya. Mereka tidak peduli dengan siapa pun Presiden Indonesia dan Kapolrinya.
Filipina sangat mungkin tetap tidak akan bebas dari radikalis di selatan negaranya dan tetap dijadikan ladang percobaan bagi bibit terorisme demi kacau stabilitas kawasan yang mengabdi pada kapitalis demi antitesa China di LCS.
Kawasan Filipina selatan tak terlalu berbeda dengan Thailand Selatan, Rohingnya dan Uighur di China. Kondisi tak nyaman akan tetap dipertahankan bagi pemilik kepentingan.
Indonesia tanpa bersih-bersih dari dalam adalah Indonesia idaman bagi para kapitalis dengan radikal agama sebagai proxy-nya. Itu adalah apa yang kini jadi perhatian Jokowi dan meminta Jendral Listyo berdiri Paling depan sekaligus pihak paling bertanggung jawab.
Sama seperti yang pernah Jokowi alami sejak hari pertama dia menjabat Presiden, Listyo sejak hari pertama sebagai Kapolri akan mendapat perlakuan seperti Jokowi. PKI, anak haram, kafir hingga seluruh hidup pribadi dan keluarganya akan diungkit dan dinistakan.
Untuk itulah dia menjadi yang terpilih. Untuk itulah hakikat Kapolri melekat padanya. Untuk bisa menjadi sama seperti Presiden Jokowi dalam cara bekerja dan bertindak
Indonesia bersih dari para pengkhianat dan di sisi lain menjadi negara maju adalah tentang Jokowi sebagai Presiden bekerja dan Listyo Sigit Prabowo sebagai Kapolri yang menjamin stabilitas bagi tercapainya cita-cita itu.
Indonesia yang bersih dari dalam dengan ekonominya yang maju bukan Indonesia yang akan mudah diadu domba. Di sana, peran kita pada kancah pergaulan internasional akan mendapatkan pengakuan.
Indonesia yang kuat, akan membuat LCS tak lagi akan menjadi momok menakutkan. Suara kita akan sangat di dengar. Perdamaian pada kawasan itu adalah pintu tepat bagi langkah hebat kita sebagai bangsa
Hari ini, Laut China Selatan adalah tentang 25% perdagangan dunia dilalui. Mempertahankan LCS tetap damai, adalah pintu tepat bagi langkah hebat kita sebagai bangsa.
Tanpa kita menjadi kuat, tak ada suara kita akan di dengar, dan LCS hanya akan menjadi kawasan Timur Tengah berikutnya. Perang abadi sebagai ganti kawasan negara-negara Arab.
Untuk sesaat, Jendral Listyo Sigit Prabowo memang akan menjadi bulan-bulanan seperti dulu Presiden Jokowi pernah. Seperti Jokowi, dia justru akan mendapat pijakan bagi langkah suksesnya karena hinaan itu.
Mungkinkah rusak puluhan tahun mental bangsa ini telah lewati akan sanggup dikejar dalam 4 tahun, Jokowi pernah sanggup membangun dengan skala itu, tak ada alasan tak mungkin. Selalu ada hasil baik dari pikiran dan hati yang baik.
Jokowi orang baik, mustahil beliau tidak menularkan banyak hal baik bagi orang yang sudah dikadernya selama lebih dari 6 tahun demi posisi ini. SELAMAT bekerja Jendral...
Sumber
https://twitter.com/__MV_llestari__/status/1349387124101976064?s=20