Konsep umur 40 sudah punya rumah, ini penjelasannya
Purwakarta Online - Twitter Indonesia saat ini sedang ramai membahas 'umur 40 tahun punya rumah'. Berawal dari cuitan Ligwina Hananto, seorang Lead Financial Trainer dari QM Financial.
Mengenai pertanyaannya, apakah bisa di umur 40 tahun sudah punya rumah? Dia akhirnya menjelaskan apa maksud dari pernyataannya yang mengundang perhatian netizen tersebut.Ligwina menjelaskan, yang penting untuk bisa memiliki rumah di usia 40 tahun adalah saat itu kita masih memiliki daya.
"Penting untuk punya daya. Saat berdaya akan punya motivasi diri untuk berusaha, uang belakangan. Tentu saja artinya narasi punya rumah sebelum umur 40 ini untuk orang-orang yang berdaya," kata dia kepada detikcom, Sabtu (19/6/2021).
Patokan umur 40 punya rumah, lanjut dia semata-mata hanya karena hitungan finansial, di mana kredit pemilikan rumah (KPR) biasanya berjangka waktu 10-15 tahun dan pensiun rata-rata adalah di umur 55 tahun.
"Beli rumah tentu saja perlu dilakukan saat mampu. Nggak mau buru-buru nggak apa-apa. Tapi jangan terlena sampai nggak beli dan pensiun tanpa tempat tinggal layak," ujarnya.
Tips beli rumah bagi yang terbatas keuangan
Ligwina menjelaskan, bagi mereka yang keuangannya terbatas bisa membeli rumah dengan cara patungan dengan keluarga. Nantinya rumah tersebut dihuni bersama-sama."Saat susah banget beli properti hunian karena mahal dan penghasilan terbatas, mungkin sudah waktunya memikirkan upaya ini dilakukan komunal," Kata Ligwina.
"Nabung bareng kakak, adik, ortu, belinya juga bareng. Kepemilikan dan penempatan bareng," ujarnya.
Gaji UMR pun sebenarnya tak menjadi halangan untuk memiliki rumah. Menurutnya bisa saja seseorang tidak membeli rumah di kota, melainkan di kampung halamannya.
"Tentu saja itu pilihan hidup masing-masing," jelas Ligwina.
Lebih lanjut dia menjelaskan ada yang namanya konsep hidup mandiri dan konsep hidup komunal atau tinggal dengan keluarga besar.
Jadi, seseorang bisa saja memilih tidak beli rumah, dan memutuskan tinggal satu atap dan saling berkontribusi terhadap pengeluaran rumah tangga.
"Di beberapa kasus, ini malah jadi yang terbaik, karena keluarga ingin tinggal di dalam kota, rumah di pinggiran malah dikontrakkan," tambahnya. (*)