Serangga, Solusi Pangan Masa Depan (Bagian 8)
Serangga, Solusi Pangan Masa Depan |
Purwakarta Online - Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh melalui wawancara tentang pandangan masyarakat terkait serangga sebagai makanan, dari 30 responden yang mayoritas responden sebesar 40% berusia antara 22 - 35 tahun dan 60% berjenis kelamin perempuan ditemukan bahwa :
1). Responden sebanyak 16 orang mengetahui bahwa ada beberapa jenis serangga yang dapat dikonsumsi dan 16 orang responden tersebut dapat menyebutkan lebih dari 2 jenis serangga yang dapat dikonsumsi oleh manusia.
2). Responden sebanyak 20 orang mengetahui bahwa belalang ataupun jangkrik memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan daging sapi.
3). Responden sebanyak 14 orang bersedia untuk mengkonsumsi serangga apabila mereka mengetahui bahwa serangga memiliki kandungan gizi yang lebih banyak dari daging sapi, daging ayam, ikan laut dan udang.
Sedangkan 12 orang tidak mau dan, 4 orang akan mempertimbangkannya. Responden yang mau mempunyai alasan untuk variasi makanan, karena rasanya lezat dan gurih, memiliki kandungan gizi yang lebih banyak akan membantu tubuh menjadi lebih baik (alasan kesehatan).
Ditemukan 4 responden yang mau memakan serangga selama serangga yang akan dikonsumsi tidak bertentangan dengan ajaran agamanya.
Sedangkan yang mempertimbangkan, beralasan karena responden belum mengetahui/percaya bahwa kandungan gizi serangga lebih tinggi dari daging sapi.
Responden yang tidak mau beralasan karena responden tidak suka dan tidak tega, dan responden yang lain mengatakan bahwa memakan serangga itu menjijikan.
4). Responden sebanyak 16 orang mau mengkonsumsi serangga dengan bentuk utuh yang terlebih dahulu dimasak dengan bumbu.
Mereka berpendapat bahwa dengan dimasak dengan bumbu tentunya rasanya akan enak dan lebih nikmat serta bebas dari penyakit. Mereka juga penasaran dengan rasa serangga setelah dimasak dengan bumbu.
10 orang responden tetap menolak mengkonsumsi serangga dengan alasan yang sama, sedangkan 4 orang responden tidak mau dengan alasan karena memakan serangga itu bukan sesuatu yang lumrah dan biasa untuk dikonsumsi selain memakan serangga itu menjijikan.
5). Responden sebanyak 21 orang mau mengkonsumsi serangga dengan bentuk olahan sehingga bentuk asli serangga tidak kelihatan lagi.
3 orang dari responden yang sebelumnya mempertimbangkan, mau mengkonsumsinya asalkan responden tidak diberitahu apa yang dia makan ataupun didalam kemasan produk tidak disampaikan dari bahan apa produk tersebut, 8 orang responden menolak dan 1 orang mempertimbangkannya.
Dengan mengubah bentuk dari serangga menjadi sesuatu yang tidak dikenali lagi sebagai serangga, dari 12 orang responden yang sebelumnya tidak mau, 4 diantaranya menjadi ingin mencoba ataupun mau memakannya dan dari 4 orang responden yang mempertimbangkannya, 3 diantaranya bersedia memakannya. (*)
1). Responden sebanyak 16 orang mengetahui bahwa ada beberapa jenis serangga yang dapat dikonsumsi dan 16 orang responden tersebut dapat menyebutkan lebih dari 2 jenis serangga yang dapat dikonsumsi oleh manusia.
2). Responden sebanyak 20 orang mengetahui bahwa belalang ataupun jangkrik memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan daging sapi.
3). Responden sebanyak 14 orang bersedia untuk mengkonsumsi serangga apabila mereka mengetahui bahwa serangga memiliki kandungan gizi yang lebih banyak dari daging sapi, daging ayam, ikan laut dan udang.
Sedangkan 12 orang tidak mau dan, 4 orang akan mempertimbangkannya. Responden yang mau mempunyai alasan untuk variasi makanan, karena rasanya lezat dan gurih, memiliki kandungan gizi yang lebih banyak akan membantu tubuh menjadi lebih baik (alasan kesehatan).
Ditemukan 4 responden yang mau memakan serangga selama serangga yang akan dikonsumsi tidak bertentangan dengan ajaran agamanya.
Sedangkan yang mempertimbangkan, beralasan karena responden belum mengetahui/percaya bahwa kandungan gizi serangga lebih tinggi dari daging sapi.
Responden yang tidak mau beralasan karena responden tidak suka dan tidak tega, dan responden yang lain mengatakan bahwa memakan serangga itu menjijikan.
4). Responden sebanyak 16 orang mau mengkonsumsi serangga dengan bentuk utuh yang terlebih dahulu dimasak dengan bumbu.
Mereka berpendapat bahwa dengan dimasak dengan bumbu tentunya rasanya akan enak dan lebih nikmat serta bebas dari penyakit. Mereka juga penasaran dengan rasa serangga setelah dimasak dengan bumbu.
10 orang responden tetap menolak mengkonsumsi serangga dengan alasan yang sama, sedangkan 4 orang responden tidak mau dengan alasan karena memakan serangga itu bukan sesuatu yang lumrah dan biasa untuk dikonsumsi selain memakan serangga itu menjijikan.
5). Responden sebanyak 21 orang mau mengkonsumsi serangga dengan bentuk olahan sehingga bentuk asli serangga tidak kelihatan lagi.
3 orang dari responden yang sebelumnya mempertimbangkan, mau mengkonsumsinya asalkan responden tidak diberitahu apa yang dia makan ataupun didalam kemasan produk tidak disampaikan dari bahan apa produk tersebut, 8 orang responden menolak dan 1 orang mempertimbangkannya.
Dengan mengubah bentuk dari serangga menjadi sesuatu yang tidak dikenali lagi sebagai serangga, dari 12 orang responden yang sebelumnya tidak mau, 4 diantaranya menjadi ingin mencoba ataupun mau memakannya dan dari 4 orang responden yang mempertimbangkannya, 3 diantaranya bersedia memakannya. (*)
Sumber:
Pratiwi Girsang. 2018. Serangga, Solusi Pangan Masa Depan. Jurnal Pembangunan Perkotaan. Volume 6, Nomor 2. http://ejpp.balitbang.pemkomedan.go.id/index.php/JPP/article/view/35, diakses pada tanggal 17 Januari 2022.
Pratiwi Girsang. 2018. Serangga, Solusi Pangan Masa Depan. Jurnal Pembangunan Perkotaan. Volume 6, Nomor 2. http://ejpp.balitbang.pemkomedan.go.id/index.php/JPP/article/view/35, diakses pada tanggal 17 Januari 2022.
* Dilakukan pengeditan ringan