Wajah Al Ghozali Bernilai Rp1,5 Milyar di NFT. Ghozali Everyday: Kok Ada Yang Beli Foto Wajah Saya?
Wajah Al Ghozali, Wajah Bernilai Rp1,5 Milyar |
MANGENJANG.COM, Bandung - Sultan Gustaf Al Ghozali kaya mendadak, berkat jual foto wajahnya sendiri alias selfie di Non-Fungible Token (NFT). Mahasiswa asal Semarang berusia 22 Tahun ini ramai jadi pembicaraan netizen tanah air.
Swafoto Al Ghozali yang bertajuk Ghozali Everyday menghasilkan cuan Rp1,5 Miliar dengan car dijual di marketplace Opensea.
OpenSea merupakan platform yang bisa digunakan oleh pembeli, kreator maupun penjual dari berbagai macam aset digital.
Transaksi biasanya dilakukan menggunakan mata uang kripto ethereum atau ETH.
AL Ghozali pada awalnya menjual foto selfie dirinya sendiri dengan harga US$3 atau setara dengan Rp42.600 saat nilai kurs Rp14.200 per dolar AS.
Kemudian harga foto selfie Ghozali terus-menerus meningkat seiring dengan popularitas dirinya yang semakin menanjak.
Siapa sangka, saat ini foto selfie Al Ghozali laku keras dengan harga 3 ETH atau sekitar Rp14 juta sampai 11 ETH atau Rp47 miliar.
Dan Konten digital yang dimaksud adalah barang-barang seperti foto, sertifikat dan musik.
"Pada umumnya NFT mengubah sebuah konten digital seperti art, audio file, sertifikat digital, dan foto menjadi one of a kind aset digital yang bisa terverifikasi melalui blockchain," papar Milken sebagaimana dikutip oleh CNNIndonesia.com, Senin (17/1/2022).
Disebutkan, saat ini sejumlah pihak mulai menggunakan NFT sebagai investasi dari barang-barang bernilai seni dan barang koleksi dalam bentuk digital.
Banyak dicontohkan, seseorang bisa membeli dan mengoleksi lukisan atau kartu pokemon.
Beberapa pembeli meyakini, bahwa NFT yang dibeli akan diminati dalam waktu yang akan datang dan berpotensi membuat harga jual lebih tinggi.
Dari sinilah diharapkan pembeli akan mendapatkan keuntungan.
Namun dengan viralnya Al Ghozali sebaiknya masyarakat tetap waspada, jangan sampai terbawa arus berita.
Keuntungan yang diraih belum tentu mudah diduplikasi tanpa keterampilan dan pengetahuan yang cukup.
Sebab NFT ternyata tak bisa disebut sebagai aset likuid.
Hal ini berarti tak semua barang berbentuk NFT yang dibeli bisa dipastikan akan laku ketika dijual kembali.
"Saat ini belum (likuid). Masih jauh lebih likuid perdagangan aset kripto pada umumnya," ucap Milken mengingatkan..
Sebagaimana perdagangan pada umumnya, jika produk berbentuk NFT laris, maka akan memberikan keuntungan bagi pembeli dan penjual.
Pembeli akan memperoleh keuntungan ketika ada peminat yang bersedia membeli dengan harga lebih tinggi dibandingkan sebelumnya.
Berbeda jika dilihat dari sisi penjual, mereka juga akan diuntungkan karena produknya laris lewat NFT.
Namun, kata Milken memberikan saran, pemasaran produk lewat NFT harus lebih gencar agar potensi penjualan meningkat.
"Dari sisi pembeli apabila membeli karya NFT, dipastikan bahwa karya tersebut memiliki popularitas atau komunitas yang cukup mendukung sehingga potensi harga bisa naik," kata Milken.
Selanjutnya Milken menerangkan, masyarakat yang tertarik untuk membeli produk NFT bisa menggunakan marketplace.
Untuk melakukan transaksi di marketplace, masyarakat perlu menggunakan dompet seperti metamask.
Metamask sendiri adalah sebuah dompet aset kripto yang terhubung dengan sistem blockchain ethereum.
"Marketplace (NFT) yang populer saat ini hanya menerima kripto sebagai alat transaksi," kata Milken.
Dengan kata lain, masyarakat yang ingin membeli produk berbentuk NFT harus memiliki akun di marketplace dan platform aset kripto.
Beberapa platform aset kripto yang legal di Republik Indonesia diantanranya adalah Bitocto, Indodax dan Tokocrypto.
"Untuk seseorang yang ingin membeli NFT perlu membuka akun di pedagang aset kripto seperti Bitocto, lalu membeli ethereum dengan rupiah. Setelah itu mengirim ethereum ke wallet metamask untuk mulai bertransaksi di NFT marketplace," terang Milken.
Swafoto Al Ghozali yang bertajuk Ghozali Everyday menghasilkan cuan Rp1,5 Miliar dengan car dijual di marketplace Opensea.
OpenSea merupakan platform yang bisa digunakan oleh pembeli, kreator maupun penjual dari berbagai macam aset digital.
Transaksi biasanya dilakukan menggunakan mata uang kripto ethereum atau ETH.
AL Ghozali pada awalnya menjual foto selfie dirinya sendiri dengan harga US$3 atau setara dengan Rp42.600 saat nilai kurs Rp14.200 per dolar AS.
Kemudian harga foto selfie Ghozali terus-menerus meningkat seiring dengan popularitas dirinya yang semakin menanjak.
Siapa sangka, saat ini foto selfie Al Ghozali laku keras dengan harga 3 ETH atau sekitar Rp14 juta sampai 11 ETH atau Rp47 miliar.
Apa itu NFT?
Chief Executive Officer (CEO) Bitocto, Milken Jonathan pernah menjelaskan bahwa NFT adalah sebuah konten digital yang terhubung dengan sistem blockchain.Dan Konten digital yang dimaksud adalah barang-barang seperti foto, sertifikat dan musik.
"Pada umumnya NFT mengubah sebuah konten digital seperti art, audio file, sertifikat digital, dan foto menjadi one of a kind aset digital yang bisa terverifikasi melalui blockchain," papar Milken sebagaimana dikutip oleh CNNIndonesia.com, Senin (17/1/2022).
Disebutkan, saat ini sejumlah pihak mulai menggunakan NFT sebagai investasi dari barang-barang bernilai seni dan barang koleksi dalam bentuk digital.
Banyak dicontohkan, seseorang bisa membeli dan mengoleksi lukisan atau kartu pokemon.
Beberapa pembeli meyakini, bahwa NFT yang dibeli akan diminati dalam waktu yang akan datang dan berpotensi membuat harga jual lebih tinggi.
Dari sinilah diharapkan pembeli akan mendapatkan keuntungan.
Namun dengan viralnya Al Ghozali sebaiknya masyarakat tetap waspada, jangan sampai terbawa arus berita.
Keuntungan yang diraih belum tentu mudah diduplikasi tanpa keterampilan dan pengetahuan yang cukup.
Sebab NFT ternyata tak bisa disebut sebagai aset likuid.
Hal ini berarti tak semua barang berbentuk NFT yang dibeli bisa dipastikan akan laku ketika dijual kembali.
"Saat ini belum (likuid). Masih jauh lebih likuid perdagangan aset kripto pada umumnya," ucap Milken mengingatkan..
Sebagaimana perdagangan pada umumnya, jika produk berbentuk NFT laris, maka akan memberikan keuntungan bagi pembeli dan penjual.
Pembeli akan memperoleh keuntungan ketika ada peminat yang bersedia membeli dengan harga lebih tinggi dibandingkan sebelumnya.
Berbeda jika dilihat dari sisi penjual, mereka juga akan diuntungkan karena produknya laris lewat NFT.
Namun, kata Milken memberikan saran, pemasaran produk lewat NFT harus lebih gencar agar potensi penjualan meningkat.
"Dari sisi pembeli apabila membeli karya NFT, dipastikan bahwa karya tersebut memiliki popularitas atau komunitas yang cukup mendukung sehingga potensi harga bisa naik," kata Milken.
Selanjutnya Milken menerangkan, masyarakat yang tertarik untuk membeli produk NFT bisa menggunakan marketplace.
Untuk melakukan transaksi di marketplace, masyarakat perlu menggunakan dompet seperti metamask.
Metamask sendiri adalah sebuah dompet aset kripto yang terhubung dengan sistem blockchain ethereum.
"Marketplace (NFT) yang populer saat ini hanya menerima kripto sebagai alat transaksi," kata Milken.
Dengan kata lain, masyarakat yang ingin membeli produk berbentuk NFT harus memiliki akun di marketplace dan platform aset kripto.
Beberapa platform aset kripto yang legal di Republik Indonesia diantanranya adalah Bitocto, Indodax dan Tokocrypto.
"Untuk seseorang yang ingin membeli NFT perlu membuka akun di pedagang aset kripto seperti Bitocto, lalu membeli ethereum dengan rupiah. Setelah itu mengirim ethereum ke wallet metamask untuk mulai bertransaksi di NFT marketplace," terang Milken.
Wawancara Lengkap Rahasia Sukses Ghozali NFT
NFT Mirip Pasar Barang Koleksi
Perencana Keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE), Andi Nugroho menganalogikan NFT sebagai pasar atau tempat jual beli barang koleksi. Barang-barang tersebut biasanya memiliki keunikan."Karena barang koleksi, harganya menjadi kadang tidak rasional," kata Andi.
Andi berpendapat jika barang koleksi itu terhubung dengan sistem blockchain. Artinya, barang tersebut tak bisa dipalsukan atau dicuri.
"Dari sisi keamanan orang yang jual lebih merasa aman karena tidak akan dicuri. Buat pembeli mereka bisa yakin ini barang barang asli punya si penjual," terang Andi.
Tanggapi Ghozali Everyday, Guru Gembul: Seni Dinilai Secara Subjektif
"Misalnya orang yang mengerti sejarah, seni, ada keris yang dibeli Rp100 ribu-Rp200 ribu, dijual bisa Rp100 jutaan, namanya barang koleksi apakah bisa menjadi investasi, iya," terang Andi.
Meskipun begitu, namun produk berbentuk NFT tetap saja tak bisa disebut aset likuid. Oleh karena tak semua orang mau membeli NFT.
"Kalau mau likuid bisa menawarkan ke komunitas tertentu," lanjut Andi.
Andi mengingatkan jika NFT bersifat high risk high return.
Oleh karena itu, NFT bisa memberikan cuan besar, tapi juga bisa merugikan pihak yang bertransaksi.
"Ketika sudah beli tapi tidak bisa dijual karena tidak ada peminat, itu resikonya. Kalau barang itu dianggap tak berharga, maka (penjual) rugi di situ," pungkas Andi.***