Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Guru Gembul Sesat dan Polemik Habib Gadungan

Guru Gembul Sesat dan Polemik Habib Gadungan
Guru Gembul (kanan)
MangEnjang.com, Bandung - Diskusi yang berlangsung di Rabithah Alawiah tentang nasab Ba'alawi mendadak ramai, terutama setelah sosok Guru Gembul menyodorkan pandangannya yang memicu polemik. Pemikiran yang ia kemukakan dinilai sebagai materialisme dan liberalisme yang terang-terangan menyerang akidah umat Islam, seperti yang diungkapkan Habib Hanif Alatas.

Dalam siniar di kanal YouTube @Habib Hanif Official, Habib Hanif dengan tegas menilai Guru Gembul sebagai seorang yang sangat liberal dan materialis. Ia mengapresiasi moderator diskusi, Habib Fikri Shahab dan Gus Wafi, yang memilih untuk tidak terjebak dalam perdebatan panjang dengan Guru Gembul. Menurut Habib Hanif, kedua moderator tersebut berhasil mengungkap jati diri Guru Gembul yang selama ini samar-samar.

"Dia menyerang konsep ketuhanan, bahkan mengatakan bahwa kuburan Nabi Muhammad SAW masih subyektif. Ini sudah menyerang hal-hal yang mutawatir," ujar Habib Hanif dalam videonya. Pernyataan Guru Gembul ini, lanjutnya, sangat berbahaya karena bisa merusak syariat dan akidah umat Islam jika terus diikuti.

Guru Gembul tidak hanya memicu kontroversi dalam diskusi keagamaan, tetapi juga viral di media sosial karena pernyataannya yang menyebut Habib Bahar bin Smith sebagai "habib gadungan." Unggahan videonya yang menyebut Habib Bahar sebagai ulama palsu menjadi perbincangan panas di kalangan umat Islam.

Sebagai figur yang dikenal penuh kontroversi, Habib Bahar sering kali menyampaikan ceramah dengan nada keras dan penuh semangat. Namun, pernyataan Guru Gembul yang menyebutnya sebagai habib gadungan memicu perdebatan lebih jauh, khususnya tentang keaslian nasab Habib Bahar sebagai keturunan Rasulullah SAW.

Menurut Guru Gembul, salah satu alasan ia meragukan Habib Bahar adalah ketidakmampuannya membaca kitab kuning dengan baik. Kitab kuning dianggap sebagai standar ilmu agama tradisional, dan kemampuan membaca tanpa harakat menjadi tolok ukur penting bagi seorang ulama. Hal ini menambah panas perdebatan mengenai kelayakan Habib Bahar menyandang gelar habib.

Meski banyak yang membela Habib Bahar, kontroversi yang menyangkut legitimasi nasabnya sebagai keturunan Rasulullah SAW terus bergulir. Polemik ini tidak hanya soal pemahaman agama, tetapi juga menyentuh topik yang sangat sensitif di kalangan umat Islam—keaslian keturunan Rasulullah SAW.

Dengan polemik yang terus memanas, pengaruh Guru Gembul di media sosial semakin meluas. Namun, banyak pihak yang mewaspadai dampak pemikirannya yang dianggap merusak tatanan akidah.

Polemik ini masih akan panjang, terutama dengan isu-isu yang berkaitan dengan filsafat materialisme dan liberalisme yang dibawa oleh Guru Gembul. Baik dalam diskusi di Rabithah Alawiah maupun di media sosial, sosok Guru Gembul terus menjadi pusat perhatian dan kritik tajam.***